Perkembangan Start-Up di Indonesia | Satuviral.com

Satu Viral – Perkembangan teknologi banyak membawa inovasi baru, salah satunya adalah start-up, yang saat ini banyak dibicarakan orang. Perusahaan start-up ini juga menjadi fenomena yang menarik, terutama dalam bisnis digital. Istilah dari start-up itu sendiri adalah suatu perusahaan kecil yang mengembangkan dan memperkenalkan teknologi baru dengan fokus pada penemuan dan kemajuan teknologi (Hernandez dkk., 2018). Berdasarkan dari definisi tersebut, dapat disimpulkan secara singkat bahwa start-up merupakan perusahaan yang baru merintis dengan menggunakan teknologi. Berdasarkan laporan dari start-up Ranking pada tahun 2022 yang menyatakan bahwa Indonesia berada di urutan ke-enam terbanyak di dunia yang berjumlah 2.439 start-up. Banyaknya start-up menjadi alternatif dalam pembangunan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru untuk mengurangi tingkat pengangguran (Maulana dkk., 2018).

 

Walaupun untuk start-up di Indonesia sendiri belum memberikan perkembangan yang signifikan, jika dibandingkan dengan start-up yang ada di luar negeri. Akan tetapi, dapat diakui bahwa banyak juga start-up di Indonesia yang telah memasuki skala internasional, seperti Gojek, Bukalapak, Ruang Guru, Tokopedia, dan start-up lainnya. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi yang baik untuk dapat masuk ke dalam skala internasional karena kemungkinan start-up di Indonesia akan terus bermunculan dan membuat inovasi teknologi yang baru bagi industri di Indonesia. Padahal, pada kenyataannya dalam membangun suatu start-up tidak semudah yang dibayangkan, karena banyak aspek yang perlu diperhatikan, seperti teknis, pemasaran, dan lain-lain. Selain itu, dalam pengembangan start-up membutuhkan pendukung eksternal, seperti investasi finansial yang signifikan, platform crowdfunding, inkubator, akselerator, dan investasi ventura, serta pendukung internal, seperti waktu, semangat, pengetahuan, dan pengalaman para pendiri start-up dengan berbagai latar belakang ilmiah dan budaya (Kofanov & Zozulov, 2018).

 

Jika tidak diperhatikan sedari awal, maka hal ini akan menjadi masalah yang serius untuk keberlangsungan suatu start-up. Namun, terdapat fakta menarik bahwa kebanyakan start-up yang masih baru mengalami kegagalan. Menurut artikel yang dilansir TechInAsia menyatakan bahwa sebesar 90% start-up yang memiliki tingkat kegagalan (Prasetya, 2019). Berdasarkan wawancara kepada Menkominfo, Rudiantara menjelaskan bahwa secara internasional hanya terdapat 5% start-up di Indonesia yang dapat bertahan (Yadika, 2019). Menurut survei yang dilakukan oleh Failory kepada para pendiri start-up yang sukses dan gagal menjelaskan bahwa sebesar 70% start-up gagal pada 10 tahun pertama, 50% gagal pada 5 tahun pertama, 30% gagal pada 2 tahun pertama, dan 20% gagal pada 1 tahun pertama (Kotashev, 2022). Menurut riset dari CB Insights menjelaskan bahwa alasan utama yang membuat hal tersebut dapat terjadi karena kekurangan dana dan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar (Mutia, 2021). 

 

Statistik Hasil Survei Kegagalan Start-up (Failory.com) Berdasarkan data yang telah dijelaskan, masih banyaknya start-up yang mengalami kegagalan dan sedikitnya yang bisa bertahan, salah satu start-up yang masih bertahan adalah start-up Lapangbola.com. Mengapa? Karena start-up Lapangbola.com merupakan start-up yang bergerak pada bidang olahraga dan telah berdiri dari sejak tahun 2018 hingga sekarang. Selain itu, Lapangbola.com berhasil mendapatkan beberapa funding, seperti inkubasi dalam kompetisi Indigo pada tahun 2019 dan berhasil bertahan disaat start-up lain banyak mengalami kegagalan ketika melalui masa kritis, seperti pandemi Covid-19. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja indikator yang mempengaruhi Lapangbola.com dapat bertahan hingga sekarang disaat start-up lain banyak gagal ketika melalui masa-masa kritis.